Laman

Senin, 05 April 2010

KELUARGA ( Family )

Aku menabrak seseorang yang tidak kukenal yang sedang lewat, “Oh, maafkan aku.” Ia berkata, “Maafkan juga aku. Aku tidak melihatmu.”
Kami saling bersikap sopan: Aku dan orang yang tidak kukenal itu. Kemudian kami saling mengucapkan selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan.
Peristiwa di atas bila terjadi di rumah akan menjadi sangat berbeda. Renungkan bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita cintai; tua ataupun muda!
Masih di hari yang sama, malam itu aku memasak makan malam. Anak perempuanku diam-diam berdiri disebelahku. Ketika berbalik, aku hampir saja menabraknya.
“Menyingkirlah kau,” bentakku sambil mengernyitkan alis.
Ia pun pergi dengan membawa luka di hati. Aku tidak sadar betapa aku telah berkata kasar kepadanya.
Malam itu ketika aku berbaring di tempat tidur, terdengar suara lembut Tuhan, “Ketika berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kau bersikap sangat santun. Tapi terhadap anakmu sendiri, kau berlaku kejam. Coba lihatlah di lantai dapur, kau akan mendapati beberapa kuntum bunga tergeletak dekat pintu. Itu adalah bunga yang akan diberikan kepadamu. Anakmu memetiknya sendiri: merah muda, kuning dan biru. Ia sengaja berdiam-diam di sebelahmu untuk memberi kejutan. Kau bahkan tidak melihat matanya yang basah berkaca-kaca”
Saat itu aku merasa sangat kerdil, dan air mataku mulai berjatuhan. Perlahan-lahan aku pergi ke kamarnya, lalu berlutut di dekat tempat tidurnya.
“Bangun anak kecil, bangunlah,” kataku lembut. “Apakah bunga-bunga ini kau petik untukku?”
Ia tersenyum, “Aku melihatnya di luar dekat pohon lalu memetiknya karena bunga-bunga itu sangat cantik seperti mama. Aku tahu mama pasti menyukainya, terutama yang biru.
“Anakku aku menyesal atas sikap ku tadi. Tidak seharusnya aku berteriak kepadamu seperti itu,” kataku
“Tidak apa-apa, Mama. Aku tetap mencintai mama.”
“Anakkku, aku juga mencintaimu. Aku memang suka bunga-bunga itu, terutama yang berwarna biru.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar