Laman

Senin, 05 April 2010

Empat Istri Kita

Seorang pedagang kaya memiliki 4 orang istri. Istri ke-4 paling dicintainya. Ia memberinya berbagai perhiasan yang mahal dan memperlakukannya dengan lemah lembut. Ia merawatnya dan tidak memberinya sesuatu kecuali yang terbaik. Ia juga mencintai istrinya yang ke-3 merasa bangga padanya dan selalu memamerkannya kepada teman-temannya. Meskipun demikian, si pedagang selalu merasa khawatir kalau sewaktu-waktu ia lari dengan pria lain. Ia juga mencintai istrinya yang ke-2, karena ia penuh perhatian, berwatak sabar, dan merupakan orang kepercayaannya. Kapanpun ia menghadapi persoalan, istrinya ini selalu menolongnya dan begitu pula ketika ia menghadapi masa-masa sulit. Adapun istri pertamanya, ia sangat setia dan telah berjasa dalam mengurus kekayaan, bisnis dan rumah tangganya. Meskipun demikian, si pedagang tidak mencintainya. Ia hampir tidak pernah memperhatikannya.
Suatu hari si pedagang jatuh sakit dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia mengenang kehidupannya yang mewah selama ini, lalu berkata kepada dirinya sendiri, “Aku mempunyai empat orang istri tapi sewaktu mati nanti, aku akan sendiri. Alangkah kesepiannya aku nanti. !”
Ia kemudian bertanya kepada istrinya yang keempat, “Kau istri yang paling ku cintai. Aku telah memberimu berbagai pakaian baik dan mencurahkan banyak perhatian padamu. Sekarang ajalku telah dekat, maukan kau nanti mengikutiku dan menemaniku di kubur? ”
“Tidak!” jawab istri keempatnya sambil berjalan meninggalkannya., jawaban itu sangat menyakitkan, seakan pisau tajam yang menghujam tepat di jantungnya.
Pedagang yang sedih itu lalu bertanya kepada istrinya yang ketiga, “Selama hidupku aku sangat mencintaimu. Sekarang ajalku telah dekat, maukah kau nanti mengikutiku dan menemaniku di kubur?”
“Tidak! Kehidupan di sini sangat indah aku akan kawin lagi bila kau telah tiada !” Sang pedagang merasa sangat sedih .
Ia kemudian bertanya kepada istrinya yang ke-2, “Aku selalu memohon pertolonganmu dan kau selalu membantuku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Bila aku mati nanti, maukah kau mengikuti dan menemaniku mati di kubur?
“Maafkan aku, aku tak dapat menolongmu kali ini” jawabnya. “paling-paling aku hanya bisa mengantarmu sampai ke kubur”. Jawaban itu datang bagaikan halilintar. Si pedagang seakan binasa. Tiba-tiba terdengar suara, “Aku akan berangkat bersamamu, aku akan mengikutimu kemana pun kau pergi”
Si pedagang mendongakkan kepalanya dan melihat istri pertamanya. Tubuhnya kurus kering, seakan kekurangan gizi. Dengan penuh penyesalan pedagang itu berkata, “Seharusnya aku dulu lebih memperhatikanmu”
Ketahuilah, sebenarnya kita semua mempunyai empat istri dalam keidupan ini. Istri keempat adalah tubuh kita. Berapa pun banyak waktu dan usaha untuk membuatnya cantik, ia akan tetap meninggalkan kita dan tidak ada harganya bila kita mati. Istri ketiga adalah kekayaan dan status kita. Bila kita meninggal, semuanya kan menjadi milik orang lain. Istri kedua adalah keluarga dan teman. Seberapa pun dekatnya mereka dengan kita, mereka paling jauh hanya bisa mengantarkan kita ke kubur. Istri kesatu adalah jiwa kita. Sering kali kita tidak mempedulikannya sewaktu kita mencari kekayaan dan memperturutkan kesenangan hawa nafsu. Padahal dialah nanti yang akan mengikuti kemanapun kita pergi.
Mungkin adalah gagasan yang baik untuk memelihara dan menguatkan jiwa kita sejak saat ini juga dari pada kita kelak menyesal di atas pembaringan kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar