Laman

Senin, 05 April 2010

GOSIP

Seorang wanita meneruskan sedikit gosip yang ia dengar tentang tetangganya. Hanya dalam beberapa hari seluruh kampung telah mengetahui cerita itu. Orang yang digosipkan merasa tersinggung dan sakit hati. Dikemudian hari, wanita yang memulai gosip itu menyadari bahwa gosip itu ternyata sama sekali tidak benar. Ia menyesal dan lalu mendatangi seorang bijak. Ia bertanya kepadanya cara memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya.
“Pergilah ke Pasar,!” kata si bijak, “Lalu belilah anak ayam dan mintalah agar disembelih sekalian. Kemudian dalam perjalananmu pulang, cabutlah bulu ayam itu dan jatuhkan satu demi satu di jalan yang kau lalui !”
Meskipun heran dengan nasihat itu, si wanita tetap melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.
Hari berikutnya, si orang bijak berkata, “sekarang, pergilah dan kumpulkan semua bulu yang kemarin kau jatuhkan satu demi satu di jalan yang kau lalu serahkan bulu-bulu itu kepadaku.”
Si wanita segera menelusuri jalan yang ia tempuh kemarin. Ia merasa kaget dan cemas melihat angin telah meniup semua bulu-bulu itu. Setelah berjam-jam mencari ia kembali hanya dengan tiga helai bulu saja di tangannya.
“Kau mengerti,” kata si orang bijak, “adalah mudah untuk menjatuhkan bulu-bulu itu, tapi mustahil untuk mengumpulkannya kembali. Demikian pula halnya dengan gosip, tidak butuh waktu banyak untuk menyebarkannya, tetapi sekali kau lakukan, kau tidak dapat benar-benar mengoreksinya.”
 Mari Tersenyum
Suatu hari ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka pada suatu hari di desa Nasrudin. Orang-orang desa ini menyodorkan Nasrudin sebagai wakil orang-orang yang bijak di desa tersebut. Nasrudin dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak itu dan di sekeliling mereka berkumpullah orang-orang desa menonton mereka bicara.
Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, ”Di mana sebenarnya pusat bumi ini?”
Nasrudin menjawab, ”Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.”



”Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?” tanya orang bijak pertama tadi.
”Kalau tidak percaya,” jawab Nasrudin, ”Ukur saja sendiri.”
Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab.
Tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan.
”Berapa banyak jumlah bintang yang ada di langit?”
Nasrudin menjawab, ”Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.”
”Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”
Nasrudin menjawab, ”Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai itu, dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.”
”Itu sih bicara goblok-goblokan,” tanya orang bijak kedua, ”Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.”
Nasrudin pun menjawab, ”Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?”
Mendengar jawaban itu, si bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.
Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan nasrudin dan dengan ketus bertanya, ”Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang ada pada ekor keledai itu.”
”Saya tahu jumlahnya,” jawab Nasrudin, ”Jumlah bulu yang ada pada ekor keledai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.”
”Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?” tanyanya lagi.
”Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, Saudara mencabut selembar bulu dari ekor keledai saya, dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.”
Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara menghitung seperti itu.
Dan orang-orang desa yang mengelilingi mereka itu semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat orang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar